masih membutuhkan waktu yang lama untuk bisa sampai di Mu'allimaat.
tapi aku tidak menyerah! aku masih punya banyak tenaga untuk mengayuh sepeda ini sampai kesana.
senang sekali rasanya ketika lampu lalu lintas menyala merah.
itu berarti aku mendapat kesempatan untuk beristirahat sejenak meskipun hanya beberapa detik.
aku suka mengamati orang-orang yang turut berhenti bersamaku.
aku selalu bertanya-tanya,
kemanakah mereka akan pergi?
apa yang akan mereka lakukan hari ini?
apakah dia orang baik?
dan hal yang selalu mengusik hatiku adalah ketika aku melihat orang2 yang malah mulai berjalan ketika lampu merah menyala.
dan hari ini, kulihat dan kuamati penjual koran jalanan yang mulai berkeliling menjajakan dagangannya.
aku selalu berharap korannya akan laku terjual semua.
aku selalu berdoa untuk itu.
tapi lucunya, aku tak pernah berpartisipasi untuk membeli koran itu.
hmm...aku tak suka perbuatanku.
hey! lihatlah!
seorang laki-laki separuh baya diatas motornya memanggil penjual koran itu!
sepertinya aku bisa merasakan apa yang penjual koran itu rasakan!
apalagi ketika laki-laki separuh baya tadi mengeluarkan uang untuk membeli koran seharga Rp. 1000,- itu.
penjual koran itu tentu saja membalasnya dengan memberikan satu koran untuk laki-laki tersebut.
transaksi berhasil!
eh! tunggu dulu!
ternyata laki-laki itu membayar dengan uang Rp. 2000,-.
itu berarti si penjual harus memberinya kembalian setengahnya.
tapi ini masih terlalu pagi untuk mendapatkan banyak uang.
jadi si penjual koran menyesal tidak dapat memberinya kembalian.
tidak ada kembalian.
menyesal ataukah senang?
pikirku
terlihat jelas dari raut wajahnya.
sepertinya, itu bukan masalah yang besar untuk laki-laki pembeli koran itu tersebut.
dia merelakan uang dua ribunya untuk si penjual koran.
wah, baik sekali dia!
tapi kemudian si penjual koran mengejutkanku!
dia memberikan satu koran lagi untuk laki-laki itu!
sekarang aku mengerti dengan apa yang disebut sebagai profesionalitas...
yap! aku tahu!
aku sering sekali bertanya,
apa itu profesional?
bagaimana profesionalitas itu?
tapi penjelasan yang kuterima tak pernah bisa kumengerti.
ternyata memang tak perlu dijelaskan dengan bahasa yang rumit.
pengertian profesional(itas) dapat kumengerti dengan jelas ketika kusaksikan transaksi jual beli ini.
kenapa selama ini aku tak meyadari??!!
aku tak mengenal laki-laki dan penjual koran tersebut.
tapi kurasa mereka telah memberikan pelajaran yang berharga padaku.
kepada laki-laki pembeli koran, untuk pelajaran keikhlasan itu...
kepada si penjual koran, untuk pelajaran kejujuran dan keadilan yang telah kau berikan padaku...
walaupun kalian tidak menyadarinya, tapi....terima kasih....
bagaimanapun juga,
penjual koran sudah melakukan cara yang baik untuk mendapatkan uang.
untuk menghidupi kehidupannya.
jelas sekali hal itu lebih baik daripada meminta-minta...
ataupun memakan uang rakyat!
tapi aku tidak menyerah! aku masih punya banyak tenaga untuk mengayuh sepeda ini sampai kesana.
senang sekali rasanya ketika lampu lalu lintas menyala merah.
itu berarti aku mendapat kesempatan untuk beristirahat sejenak meskipun hanya beberapa detik.
aku suka mengamati orang-orang yang turut berhenti bersamaku.
aku selalu bertanya-tanya,
kemanakah mereka akan pergi?
apa yang akan mereka lakukan hari ini?
apakah dia orang baik?
dan hal yang selalu mengusik hatiku adalah ketika aku melihat orang2 yang malah mulai berjalan ketika lampu merah menyala.
dan hari ini, kulihat dan kuamati penjual koran jalanan yang mulai berkeliling menjajakan dagangannya.
aku selalu berharap korannya akan laku terjual semua.
aku selalu berdoa untuk itu.
tapi lucunya, aku tak pernah berpartisipasi untuk membeli koran itu.
hmm...aku tak suka perbuatanku.
hey! lihatlah!
seorang laki-laki separuh baya diatas motornya memanggil penjual koran itu!
sepertinya aku bisa merasakan apa yang penjual koran itu rasakan!
apalagi ketika laki-laki separuh baya tadi mengeluarkan uang untuk membeli koran seharga Rp. 1000,- itu.
penjual koran itu tentu saja membalasnya dengan memberikan satu koran untuk laki-laki tersebut.
transaksi berhasil!
eh! tunggu dulu!
ternyata laki-laki itu membayar dengan uang Rp. 2000,-.
itu berarti si penjual harus memberinya kembalian setengahnya.
tapi ini masih terlalu pagi untuk mendapatkan banyak uang.
jadi si penjual koran menyesal tidak dapat memberinya kembalian.
tidak ada kembalian.
menyesal ataukah senang?
pikirku
terlihat jelas dari raut wajahnya.
sepertinya, itu bukan masalah yang besar untuk laki-laki pembeli koran itu tersebut.
dia merelakan uang dua ribunya untuk si penjual koran.
wah, baik sekali dia!
tapi kemudian si penjual koran mengejutkanku!
dia memberikan satu koran lagi untuk laki-laki itu!
sekarang aku mengerti dengan apa yang disebut sebagai profesionalitas...
yap! aku tahu!
aku sering sekali bertanya,
apa itu profesional?
bagaimana profesionalitas itu?
tapi penjelasan yang kuterima tak pernah bisa kumengerti.
ternyata memang tak perlu dijelaskan dengan bahasa yang rumit.
pengertian profesional(itas) dapat kumengerti dengan jelas ketika kusaksikan transaksi jual beli ini.
kenapa selama ini aku tak meyadari??!!
aku tak mengenal laki-laki dan penjual koran tersebut.
tapi kurasa mereka telah memberikan pelajaran yang berharga padaku.
kepada laki-laki pembeli koran, untuk pelajaran keikhlasan itu...
kepada si penjual koran, untuk pelajaran kejujuran dan keadilan yang telah kau berikan padaku...
walaupun kalian tidak menyadarinya, tapi....terima kasih....
bagaimanapun juga,
penjual koran sudah melakukan cara yang baik untuk mendapatkan uang.
untuk menghidupi kehidupannya.
jelas sekali hal itu lebih baik daripada meminta-minta...
ataupun memakan uang rakyat!
0 comments:
Post a Comment